Kota Subulussalam memiliki tingkat stunting tertinggi di Aceh, dengan peningkatan prevalensi pada tahun 2022 dibandingkan 2021. Selain itu, nilai IKPS pada tahun 2021 menurun dibandingkan tahun 2020. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja manajemen puskesmas dalam upaya penurunan stunting serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan desain studi kasus dan teknik purposive sampling dan triangulasi atau pendekatan pengumpulan data untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam dan menyeluruh terhadap fenomena yang diteliti dengan memilih 16 informan penelitian yang terbagi kedalam dua kelompok, yaitu informan utama dan informan pendukung, Informan utama adalah informan yang menjalankan langsung program-program dalam pemenuhan IKPS antara lain koordinator pelayanan gizi, koordinator pelayanan kesehatan ibu dan anak, koordinator pelayanan Imunisasi, koordinator pelayanan promkes dan koordinator pelayanan kesehatan lingkungan. Sementara itu informan pendukung adalah pemangku kebijakan atau manajerial di puskesmas yaitu kepala puskesmas dan kepala tata usaha. Model evaluasi yang diterapkan adalah Conteks,Input,Proses,Produk (CIPP) dengan analisis data naratif. Puskesmas Bakal Buah memiliki fasilitas lebih baik dibandingkan Puskesmas Jontor. Namun, penyusunan kebijakan, mekanisme komunikasi, pelatihan, dan dukungan kelompok di kedua puskesmas masih kurang baik. Evaluasi input menunjukkan hasil yang baik, tetapi Puskesmas Jontor masih menghadapi kekurangan sarana dan prasarana. Evaluasi proses di kedua puskesmas menunjukkan hasil yang kurang baik dalam hal mekanisme kebijakan, komunikasi, dan dukungan kelompok. Evaluasi produk juga tidak memadai, dengan capaian program yang tidak memenuhi target. Dinas Kesehatan perlu meningkatkan kelengkapan sarana, pelatihan intensif, dan evaluasi program kerja puskesmas.