Limbah cair merupakan salah satu penyebab utama pencemaran lingkungan yang dapat mengancam ekosistem, sehingga diperlukan proses pengolahan yang efektif untuk mengurangi dampaknya. Berbagai upaya pengendalian telah dilakukan, dan salah satu alternatif teknologi terbaru adalah penambahan bakteri probiotik ke dalam proses pengolahan. Bakteri probiotik terbukti memiliki kemampuan menurunkan kadar parameter kualitas air limbah, yaitu BOD (Biological Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), dan TSS (Total Suspended Solids). Berdasarkan hasil telaah, ditemukan tiga jenis probiotik yang paling banyak digunakan, yaitu Lactobacillus, Bacillus, dan kombinasi keduanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengolah data dan menguji apakah penurunan nilai parameter BOD, COD, dan TSS setelah penambahan bakteri probiotik signifikan secara statistik, mengklasifikasikan persentase penurunan nilai tersebut ke dalam kategori rendah, sedang, dan tinggi, serta menguji perbedaan signifikan dalam penurunan parameter antara ketiga jenis bakteri secara statistik. Metode yang digunakan adalah pengolahan data sekunder yang diperoleh dari jurnal-jurnal relevan, kemudian diproses menggunakan IBM SPSS Statistics. Analisis dilakukan melalui statistik deskriptif, uji normalitas, dan ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) penambahan bakteri probiotik berhasil menurunkan kadar BOD, COD, dan TSS secara signifikan berdasarkan uji Wilcoxon Rank-Test (p < 0,05), dengan BOD turun dari 2.100 mg/L menjadi 70 mg/L dan COD dari 132 mg/L menjadi 38,1 mg/L. (2) Distribusi nilai persentase penurunan menunjukkan bahwa mayoritas data untuk ketiga parameter (BOD, COD, dan TSS) berada pada kategori sedang, yang mencerminkan efektivitas pengolahan yang baik secara umum. Namun, beberapa data di kategori rendah menunjukkan perlunya optimalisasi, sementara kategori tinggi menunjukkan potensi hasil optimal. (3) Hasil uji ANOVA menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antar jenis bakteri (Lactobacillus, Bacillus, dan kombinasi keduanya) terhadap penurunan BOD, COD, dan TSS (p > 0,05), yang mengindikasikan bahwa pemilihan jenis bakteri tidak mempengaruhi efektivitas, sehingga fokus sebaiknya diarahkan pada pengelolaan proses pengolahan limbah cair.