Osteoporosis merupakan peringkat kedua sebagai masalah kesehatan setelah penyakit jantung. Menurut data International Osteoporosis Foundation, lebih dari 30% wanita diseluruh dunia mengalami resiko patah tulang akibat osteoporosis. Salah satu faktor yang menyebabkan osteoporosis adalah kurangnya asupan kalsium. Artikel ini disusun berdasarkan pencarian data dan studi literatur secara online dari jurnal, artikel ilmiah, dan hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan topik. Pencarian menggunakan aplikasi Publish & Perish, serta search engine Google Scholar, Garuda, dan PubMed. Selain itu juga menggunakan perundang-undangan, dan peraturan menteri yang relevan dengan masalah yang dibahas dalam karya tulis ilmiah ini. Dari studi literatur tersebut peneliti kemudian mendapatkan informasi terkait osteoporosis, pola makan yang baik sebagai solusi mengatasi hipertensi khususnya pada lansia, serta literatur terkait makanan penutup, dan daun kelor. Selain itu, studi literatur juga digunakan untuk mendapatkan data sekunder kandungan gizi daun kelor serta potensinya sebagai alternatif solusi mengatasi osteoporosis. Eksperimen dilakukan dengan proses pembuatan puding dengan agar-agar dan tepung daun kelor dicampur dengan susu sapi murni serta disesuaikan dengan takaran  yang digunakan. Hal tersebut ditujukan untuk mengetahui formulasi yang tepat dan pemenuhan kandungan gizi yang relevan. Eksperimen yang dilakukan meliputi uji coba perpaduan bahan-bahan dan trial and evaluating formulasi produk. Hasil percobaan Mardiah (2017) mengukur kadar kalsium pada daun kelor dengan menggunakan alat AAS (Atomic Absorption Spektrophotometry) dari 5 sampel yang digunakan didapatkan hasil pada sampel A 7.059,2 mg/L, sampel B 4.652,5 mg/L, sampel C 3.180 mg/L dan sampel D 2.078,9 mg/L, sampel E 9.268,7 mg/L. Berikut adalah rincian dari kandungan gizi yang terdapat pada puding per 100 gram menurut Tabel Komposisi Pangan Indonesia (TKPI) tahun 2017 dan software Nutrisurvey : Energi 180,2 kkal, Protein 7,95 g, Lemak 0,4 g, Karbohidrat 29,3 g, Serat Pangan 1,525 g, Vit. B1 0,125 mg, Vit. B2 0,025 mg, Vit. C 6,32 mg, Sodium 87,87 mg, Kalium 57,47 mg, Kalsium 448,32 mg, Fosfor 209,3 mg, Zat Besi 1,37 mg, Seng 0,025 mg. Pemberian puding termasuk ke dalam intervensi spesifik prioritas, yaitu intervensi yang  berdampak langsung pada pencegahan osteoporosis dan ditujukan untuk sasaran prioritas. Untuk memastikan efektivitas dalam intervensi osteoporosis melalui Pemberian Makanan Tambahan (PMT) atau makanan pendamping dengan diversifikasi bahan pangan lokal, maka produk puding ditujukan untuk kelompok lansia yang terdiri dari pra lansia berusia. Puding merupakan inovasi makanan penutup (dessert) yang ditambahkan bahan pangan lokal daun kelor. Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) kebutuhan energi untuk Lansia usia 50-64 tahun adalah 2150 kkal dan kebutuhan kalsiumnya sebesar 1200 mg. Maka, untuk memenuhi kebutuhan kalsium harian sebagai makanan penutup/selingan yang menyumbang 20% kebutuhan gizi dalam sehari, seorang lansia memerlukan 2,7 porsi puding.