Pada cerita rakyat yang berkembang di Busan terdapat salah satu mitos tentang makhluk ghaib yang disebut Jangsanbeom. Cerita rakyat yang mengangkat mitos Jangsanbeom mengalami proses rekonstruksi naratif dan visual seiring dengan berkembangnya teknologi dan media digital. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka dan dokumentasi media yang berkaitan dengan Jangsanbeom. Untuk analisis data, digunakan teknik analisis wacana yang dilakukan secara tematik untuk mencari pola atau tema berulang dalam teks atau wacana media. Hasil penelitian menemukan bahwa mitos Jangsanbeom sebagai simbol budaya Busan ingin dipertahankan dalam bentuk aslinya agar nilai-nilai tradisional, sejarah, dan warisan budaya terus terjaga dan diwariskan kepada generasi berikutnya. Tuntutan komersialisasi mendorong adaptasi dan modifikasi mitos tersebut agar lebih menarik dan mudah diterima masyarakat di berbagai kalangan. Penelitian ini berkontribusi pada pengembangan kajian budaya dan sastra lisan dengan menunjukkan bagaimana representasi mitos lokal dapat menjadi arena pertarungan ideologis antara pelestarian identitas budaya dan tuntutan globalisasi, serta menyoroti pentingnya strategi adaptasi budaya dalam media populer sebagai bentuk pelestarian yang relevan di era digital.