Carok adalah budaya kekerasan Madura yang masih melekat hingga kini. Para Blater, selaku pemegang otoritas kekuasaan social budaya Madura yang sering mempromosikan identitas carok dengan celuritnya. Sementara Kiai merupakan otoritas kekuasaan dengan artikulasi penguasa Musholla dan Masjid. konstruk solusi dakwah bil hikmah yang ditawarkan Kiai selama ini berkutat pada dakwah lemah lembut dan tidak langsung melalui jejaring Pesantren, Madrasah, Majelis taklim, pengajian ataupun kegiatan ritual keagamaan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan normatif. Sumber data primer penelitian ini data kualitatif dengan makna Dakhwah bil Hikmah, baik sumber tafsir, hadits ataupun jurnal yang membahas tentang dakwah bil hikmah. Analisa Data dalam penelitian ini akan menggunakan analisis deskriptif. Analisis yang digunakan adalah dekonstruksi Jacques Derrida. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Pemaknaan konstruktif dakwah bil hikmah ini perlu didekonstruksi. Pemaknaan dekonstruksi dakwah bil hikmah Kiai dalam penyelesaian carok berupa pendalaman tawhid cinta kematian dengan mempertaruhkan nyawa; menyiapkan mental siap bertarung dengan menempa diri jago silat, jago tarung dan jago main celurit. Sementara rekonstruksi pemaknaan dakwah bil hikmah penyelesaian carok di lakukan dengan kemampuan melakukan keseimbangan antara menjadi penjaga Masjid plus penghunus celurit, siap mati melakukan nahiy munkar. Inilah profil yang dicontohkan dan diuswahkan oleh Nabi Muhammad. Inilah Resolusi Kiai dalam penyelesaian Carok. Penelitian ini berkontribusi dalam pemaknaan dakwah bil hikmah yang lebih kontekstual terhadap kepedulian dalam penyelesaian Carok. Dakwah bil hikmah selama ini justeru menjadi payung apologi kalangan Kiai untuk tidak terlibat langsung dalam penyelesaian carok. Penelitian memiliki keterbatasan belum menggali secara fenomenologis pemaknaan dakwah bil hikmah yang telah dilakukakn oleh Kiai serta praktik dan implementasinya dalam penyelesaian carok. Carok adalah budaya kekerasan Madura yang masih melekat hingga kini. Para Blater, selaku pemegang otoritas kekuasaan social budaya Madura yang sering mempromosikan identitas carok dengan celuritnya. Sementara Kiai merupakan otoritas kekuasaan dengan artikulasi penguasa Musholla dan Masjid. konstruk solusi dakwah bil hikmah yang ditawarkan Kiai selama ini berkutat pada dakwah lemah lembut dan tidak langsung melalui jejaring Pesantren, Madrasah, Majelis taklim, pengajian ataupun kegiatan ritual keagamaan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan normatif. Sumber data primer penelitian ini data kualitatif dengan makna Dakhwah bil Hikmah, baik sumber tafsir, hadits ataupun jurnal yang membahas tentang dakwah bil hikmah. Analisa Data dalam penelitian ini akan menggunakan analisis deskriptif. Analisis yang digunakan adalah dekonstruksi Jacques Derrida. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Pemaknaan konstruktif dakwah bil hikmah ini perlu didekonstruksi. Pemaknaan dekonstruksi dakwah bil hikmah Kiai dalam penyelesaian carok berupa pendalaman tawhid cinta kematian dengan mempertaruhkan nyawa; menyiapkan mental siap bertarung dengan menempa diri jago silat, jago tarung dan jago main celurit. Sementara rekonstruksi pemaknaan dakwah bil hikmah penyelesaian carok di lakukan dengan kemampuan melakukan keseimbangan antara menjadi penjaga Masjid plus penghunus celurit, siap mati melakukan nahiy munkar. Inilah profil yang dicontohkan dan diuswahkan oleh Nabi Muhammad. Inilah Resolusi Kiai dalam penyelesaian Carok. Penelitian ini berkontribusi dalam pemaknaan dakwah bil hikmah yang lebih kontekstual terhadap kepedulian dalam penyelesaian Carok. Dakwah bil hikmah selama ini justeru menjadi payung apologi kalangan Kiai untuk tidak terlibat langsung dalam penyelesaian carok. Penelitian memiliki keterbatasan belum menggali secara fenomenologis pemaknaan dakwah bil hikmah yang telah dilakukakn oleh Kiai serta praktik dan implementasinya dalam penyelesaian carok.