Articles
IDENTIFIKASI POTENSI LAHAN DAN FUNGSI KAWASAN UNTUK PENGEMBANGAN KAWASAN BUDIDAYA PERTANIAN LAHAN KERING DI DAERAH ALIRAN SUNGAI BULELENG
Budiarta, I Gede
Jurnal ENMAP Vol 1, No 1 (2020): Maret, Jurnal ENMAP
Publisher : UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (662.6 KB)
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan 1) tingkat kesesuaian penggunaan lahan pada wilayah DAS di Buleleng; 2) zona fungsi kawasan pada DAS Buleleng; Metode yang digunakan untuk mengevaluasi kesesuaian penggunaan lahan dan indeks penutupan lahan adalah Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P. 32/MENHUT-II/2009. Sementara metode penentuan fungsi kawasan menggunakan SK Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/11/1980 dan No. : 683/Kpts/Um/8/1981. Kriteria tingkat kesesuaian penggunaan lahan terdiri atas tiga kategori, yaitu baik, (kesesuaian >75%), sedang (40-75%), dan rendah ( <40%). Kriteria indeks penutupan lahan tergolong tinggi apabila tutupan vegetasi mencapai > 75%, sedang jika tutupannya antara 35-75%, dan rendah jika < 35%. Pemetaan fenomena geospasial terkait dengan persebaran kesesuaian penggunaan lahan dan indeks penutupan lahan menggunakan perangkat lunak ER Mapper, MapInfo Professional, dan ArcView GIS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesesuaian penggunaan lahan DAS Buleleng pada masing-masing unit lahan yaitu: unit lahan dengan kriteria rendah (10 %), unit lahan 2 dengan kriteria rendah (11 %), kriteria sedang pada unit lahan 3 (62 %), kriteria sedang pada unit lahan 4 (69 %), unit lahan 5 dengan kriteria tinggi (77 %), unit lahan 6 dengan kriteria tinggi (85 %), dan unit lahan 7 dengan kriteria tinggi (93 %). Terdapat empat zona fungsi kawasan pada DAS Buleleng, yaitu 1) kawasan budidaya tanaman semusim (unit lahan 1 dan 2); kawasan budidaya tanaman tahunan (unit lahan 3); kawasan penyangga (unit lahan 4 dan 5); serta kawasan lindung (unit lahan 6 dan 7).
Pemetaan Jaringan Distribusi Air Bersih Di Kecamatan Nusa Penida
Padmayoni, Dewa Ayu Sri;
Treman, I Wayan;
Budiarta, I Gede
Jurnal ENMAP Vol 2, No 1 (2021): Maret, Jurnal ENMAP
Publisher : UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (429.585 KB)
Dalam penelitian ini masalah utama yang dihadapi oleh masyarakat Kecamatan Nusa Penida adalah kurangnya ketersediaan air bersih sesuai dengan waktu, tempat, kualitas dan kuantitas yang memadai. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan sebaran sumber mata air yang ada saat ini di Kecamatan Nusa Penida. Di daerah Nusa Penida sendiri terdapat sembilan sumber mata air dengan debit yang cukup besar. Sumber mata air yang ada di Kecamatan Nusa Penida saat ini baru tiga sumber yang sudah dikelola baik itu dikelola oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) maupun pihak desa setempat. Ketiga sumber mata air yang sudah dikelola tersebut yaitu Sumber Mata Air Penida (debit ±200 l/dtk) dan Sumber Mata Air Guyangan (debit ±178 l/dtk) dan Sumber Mata Air Tembeling (debit ± 26,4 l/dtk). Dari sembilan sumber mata air yang ada, enam sumber mata air diantaranya belum dikelola secara optimal oleh pihak pemerintah karena lokasi sumber mata air yang berada di daerah yang curam dan terjal. Selain berada di wilayah yang curam dan terjal, sumber mata air ini perlu diuji kualitasnya untuk dimanfaatkan sebagai air bersih. Selain itu, perlu dilakukan usaha pengelolaan sumber mata air secara terpadu dan benar oleh masyarakat itu sendiri maupun instansi pemerintahan yang terkait dalam mengambil suatu kebijakan terhadap pengelolaan sumber mata air yang ada dan biaya operasional yang diperlukan sangat tinggi. Penelitian ini menggunakan metode observasi dengan posisi pendekatan melalui google earth dan dokumentasi. Subjek dalam penelitian ini adalah lokasi absolute sumber mata air, dan objek dalam penelitian ini adalah seluruh sumber mata air yang ada di Kecamatan Nusa Penida. Hasil dari penelitian ini adalah peta lokasi sebaran sumber mata air dan peta sumber mata air yang telah dikelola.
PEMETAAN KEKRITISAN LAHAN KECAMATAN BANGLI KABUPATEN BANGLI PROVINSI BALI
Dewi, Made Kartika Sila;
Treman, I Wayan;
Budiarta, I Gede
Jurnal ENMAP Vol 2, No 2 (2021): September, Jurnal ENMAP
Publisher : UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (443.409 KB)
Lahan menjadi salah satu sumber daya yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan ditanami berbagai jenis tumbuh-tumbuhan, biasanya dijadikan untuk perkebunan dan pertanian. Untuk dapat mempertahankan produktivitas lahan yang baik dan kelestariannya, harus memperhatikan penggunaan bahan kimia dan alih fungsi lahan. Dewasa ini pertumbuhan penduduk yang terus meningkat menyebabkan terjadinya perubahan penggunaan lahan secara drastis. Perubahan penggunaan lahan ini disebabkan oleh tingkat kebutuhan manusia untuk memenuhi kebutuhan sandang pangan dan papan. kekritisan yang diakibatkan oleh bencana alam atau dirusak oleh perilaku manusia yang salah dalam menggunakan lahan. Lahan kritis adalah lahan yang telah mengalami kerusakan dan bahkan kehilangan fungsi hidrologis dan fungsi ekonomi. Bisa disebut tanah tersebut tidak lagi mampu mengatur persediaan air serta tidak mampu berproduksi dengan baik. Begitu juga di Kecamatan Bangli yang wilayahnya masih berdekatan dengan Pegunungan, maka terdapat wilayah dengan kemiringan lereng agak curam. Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui kekritisan lahan dan persebaran kekritisan lahan di Kecamatan Bangli. Teknik yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu skoring atau pembobotan dan teknik overlay. Hasil penelitian ini berupa persebaran kekritisan lahan di Kecamatan Bangli
Pemetaan Sebaran Sumber Mata Air Di Kecamatan Sawan
Dwipa, Gusti Ngurah Gede Kunjara;
Treman, I Wayan;
Budiarta, I Gede
Jurnal ENMAP Vol 2, No 1 (2021): Maret, Jurnal ENMAP
Publisher : UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (446.817 KB)
Tahun 2016 hingga tahun 2017 Kecamatan Sawan mengalami krisis air bersih yang berdampak pada beberapa wilayah di Kecamatan Sawan mengalami kekurangan air bersih. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya 3 mesin penarik air, mengecilnya sumber mata air, banyaknya sumber air yang belum dimanfaatkannya dan beberapa pipa induk saluran air bersih milik desa sering mengalami kebocoran, selain itu belum adanya pengelolaan sehingga menyebabkan kesusahan dalam mendapatkan air bersih dimusim kemarau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran sumber mata air di Kecamaatan Sawan agar dapat memetakan lokasi absolut dari sebaran sumber mata air yang ada di seluruh Kecamatan Sawan. Metode ini menggunakan metode deskriptif dan kualitatif dengan wawancara dan survei lapangan untuk mendapatkan lokasi sebaran sumber mata air menggunakan metode wawancara dan survei lapangan. Subjek dari penelitian ini adalah lokasi sebaran sumber mata air dan objeknya dari penelitian ini adalah pengelolaan sumber mata air. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat 15 (lima belas) data sumber mata air dari 10 (sepuluh) desa di Kecamatan Sawan namun ada 4 (empat) desa yang tidak memiliki sumber mata air. Kemudian dari data tersebut didapatkan 2 kategori sumber mata air yaitu sumber mata air yang media perantaranya melalui akar pohon dan sumber mata air yang perantaranya melalui tanah. Dari kedua jenis sumber mata air tersebut sumber mata air yang media perantaranya melalui akar pohon berjumlah 2 (dua). Selanjutnya untuk sumber mata air yang media perantaranya melalui tanah memiliki jumlah 13 (tiga belas) sumber mata air. Di Kecamatan Sawan lebih banyak terdapat sumber mata air yang media perantaranya melalui tanah dibandingkan dengan sumber mata air yang media perantaranya melalui akar pohon yang lebih sedikit jumlah sumber mata airnya.
IDENTIFIKASI POTENSI LAHAN DAN FUNGSI KAWASAN UNTUK PENGEMBANGAN KAWASAN BUDIDAYA PERTANIAN LAHAN KERING DI DAERAH ALIRAN SUNGAI BULELENG
I Gede Budiarta
Jurnal ENMAP Vol. 1 No. 1 (2020): Maret, Jurnal ENMAP
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.23887/em.v1i1.26710
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan 1) tingkat kesesuaian penggunaan lahan pada wilayah DAS di Buleleng; 2) zona fungsi kawasan pada DAS Buleleng; Metode yang digunakan untuk mengevaluasi kesesuaian penggunaan lahan dan indeks penutupan lahan adalah Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P. 32/MENHUT-II/2009. Sementara metode penentuan fungsi kawasan menggunakan SK Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/11/1980 dan No. : 683/Kpts/Um/8/1981. Kriteria tingkat kesesuaian penggunaan lahan terdiri atas tiga kategori, yaitu baik, (kesesuaian >75%), sedang (40-75%), dan rendah ( <40%). Kriteria indeks penutupan lahan tergolong tinggi apabila tutupan vegetasi mencapai > 75%, sedang jika tutupannya antara 35-75%, dan rendah jika < 35%. Pemetaan fenomena geospasial terkait dengan persebaran kesesuaian penggunaan lahan dan indeks penutupan lahan menggunakan perangkat lunak ER Mapper, MapInfo Professional, dan ArcView GIS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesesuaian penggunaan lahan DAS Buleleng pada masing-masing unit lahan yaitu: unit lahan dengan kriteria rendah (10 %), unit lahan 2 dengan kriteria rendah (11 %), kriteria sedang pada unit lahan 3 (62 %), kriteria sedang pada unit lahan 4 (69 %), unit lahan 5 dengan kriteria tinggi (77 %), unit lahan 6 dengan kriteria tinggi (85 %), dan unit lahan 7 dengan kriteria tinggi (93 %). Terdapat empat zona fungsi kawasan pada DAS Buleleng, yaitu 1) kawasan budidaya tanaman semusim (unit lahan 1 dan 2); kawasan budidaya tanaman tahunan (unit lahan 3); kawasan penyangga (unit lahan 4 dan 5); serta kawasan lindung (unit lahan 6 dan 7).
Pemetaan Jaringan Distribusi Air Bersih Di Kecamatan Nusa Penida
Dewa Ayu Sri Padmayoni;
I Wayan Treman;
I Gede Budiarta
Jurnal ENMAP Vol. 2 No. 1 (2021): Maret, Jurnal ENMAP
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.23887/em.v2i1.33376
Dalam penelitian ini masalah utama yang dihadapi oleh masyarakat Kecamatan Nusa Penida adalah kurangnya ketersediaan air bersih sesuai dengan waktu, tempat, kualitas dan kuantitas yang memadai. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan sebaran sumber mata air yang ada saat ini di Kecamatan Nusa Penida. Di daerah Nusa Penida sendiri terdapat sembilan sumber mata air dengan debit yang cukup besar. Sumber mata air yang ada di Kecamatan Nusa Penida saat ini baru tiga sumber yang sudah dikelola baik itu dikelola oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) maupun pihak desa setempat. Ketiga sumber mata air yang sudah dikelola tersebut yaitu Sumber Mata Air Penida (debit ±200 l/dtk) dan Sumber Mata Air Guyangan (debit ±178 l/dtk) dan Sumber Mata Air Tembeling (debit ± 26,4 l/dtk). Dari sembilan sumber mata air yang ada, enam sumber mata air diantaranya belum dikelola secara optimal oleh pihak pemerintah karena lokasi sumber mata air yang berada di daerah yang curam dan terjal. Selain berada di wilayah yang curam dan terjal, sumber mata air ini perlu diuji kualitasnya untuk dimanfaatkan sebagai air bersih. Selain itu, perlu dilakukan usaha pengelolaan sumber mata air secara terpadu dan benar oleh masyarakat itu sendiri maupun instansi pemerintahan yang terkait dalam mengambil suatu kebijakan terhadap pengelolaan sumber mata air yang ada dan biaya operasional yang diperlukan sangat tinggi. Penelitian ini menggunakan metode observasi dengan posisi pendekatan melalui google earth dan dokumentasi. Subjek dalam penelitian ini adalah lokasi absolute sumber mata air, dan objek dalam penelitian ini adalah seluruh sumber mata air yang ada di Kecamatan Nusa Penida. Hasil dari penelitian ini adalah peta lokasi sebaran sumber mata air dan peta sumber mata air yang telah dikelola.
Pemetaan Sebaran Sumber Mata Air Di Kecamatan Sawan
Gusti Ngurah Gede Kunjara Dwipa;
I Wayan Treman;
I Gede Budiarta
Jurnal ENMAP Vol. 2 No. 1 (2021): Maret, Jurnal ENMAP
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.23887/em.v2i1.33377
Tahun 2016 hingga tahun 2017 Kecamatan Sawan mengalami krisis air bersih yang berdampak pada beberapa wilayah di Kecamatan Sawan mengalami kekurangan air bersih. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya 3 mesin penarik air, mengecilnya sumber mata air, banyaknya sumber air yang belum dimanfaatkannya dan beberapa pipa induk saluran air bersih milik desa sering mengalami kebocoran, selain itu belum adanya pengelolaan sehingga menyebabkan kesusahan dalam mendapatkan air bersih dimusim kemarau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran sumber mata air di Kecamaatan Sawan agar dapat memetakan lokasi absolut dari sebaran sumber mata air yang ada di seluruh Kecamatan Sawan. Metode ini menggunakan metode deskriptif dan kualitatif dengan wawancara dan survei lapangan untuk mendapatkan lokasi sebaran sumber mata air menggunakan metode wawancara dan survei lapangan. Subjek dari penelitian ini adalah lokasi sebaran sumber mata air dan objeknya dari penelitian ini adalah pengelolaan sumber mata air. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat 15 (lima belas) data sumber mata air dari 10 (sepuluh) desa di Kecamatan Sawan namun ada 4 (empat) desa yang tidak memiliki sumber mata air. Kemudian dari data tersebut didapatkan 2 kategori sumber mata air yaitu sumber mata air yang media perantaranya melalui akar pohon dan sumber mata air yang perantaranya melalui tanah. Dari kedua jenis sumber mata air tersebut sumber mata air yang media perantaranya melalui akar pohon berjumlah 2 (dua). Selanjutnya untuk sumber mata air yang media perantaranya melalui tanah memiliki jumlah 13 (tiga belas) sumber mata air. Di Kecamatan Sawan lebih banyak terdapat sumber mata air yang media perantaranya melalui tanah dibandingkan dengan sumber mata air yang media perantaranya melalui akar pohon yang lebih sedikit jumlah sumber mata airnya.
PEMETAAN KEKRITISAN LAHAN KECAMATAN BANGLI KABUPATEN BANGLI PROVINSI BALI
Made Kartika Sila Dewi;
I Wayan Treman;
I Gede Budiarta
Jurnal ENMAP Vol. 2 No. 2 (2021): September, Jurnal ENMAP
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.23887/em.v2i2.39845
Lahan menjadi salah satu sumber daya yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan ditanami berbagai jenis tumbuh-tumbuhan, biasanya dijadikan untuk perkebunan dan pertanian. Untuk dapat mempertahankan produktivitas lahan yang baik dan kelestariannya, harus memperhatikan penggunaan bahan kimia dan alih fungsi lahan. Dewasa ini pertumbuhan penduduk yang terus meningkat menyebabkan terjadinya perubahan penggunaan lahan secara drastis. Perubahan penggunaan lahan ini disebabkan oleh tingkat kebutuhan manusia untuk memenuhi kebutuhan sandang pangan dan papan. kekritisan yang diakibatkan oleh bencana alam atau dirusak oleh perilaku manusia yang salah dalam menggunakan lahan. Lahan kritis adalah lahan yang telah mengalami kerusakan dan bahkan kehilangan fungsi hidrologis dan fungsi ekonomi. Bisa disebut tanah tersebut tidak lagi mampu mengatur persediaan air serta tidak mampu berproduksi dengan baik. Begitu juga di Kecamatan Bangli yang wilayahnya masih berdekatan dengan Pegunungan, maka terdapat wilayah dengan kemiringan lereng agak curam. Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui kekritisan lahan dan persebaran kekritisan lahan di Kecamatan Bangli. Teknik yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu skoring atau pembobotan dan teknik overlay. Hasil penelitian ini berupa persebaran kekritisan lahan di Kecamatan Bangli.
POTENSI INDIKATIF CADANGAN AIR TANAH DI KABUPATEN BANGLI
Putu Yudi Sastrawan;
Dewa Made Admaja;
Wayan Damar Windu Kurniawan;
I Gede Budiarta;
I Wayan Treman
Jurnal ENMAP Vol. 3 No. 1 (2022): Maret, Jurnal ENMAP
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.23887/em.v3i1.52288
Wilayah pada Kabupaten Bangli merupakan kawasan kabupaten yang tanpa memiliki kawasan pantai serta sebagian besar wilayahnya berada pada daratan tinggi dan hanya sebagian kecil wilayahnya yang berada di daratan rendah yang menyebabkan wilayah kabupaten ini memilki curah hujan yang tinggi jika di bandingkan dengan kabupaten yang lainnya yang ada di Provinsi Bali dengan rata-rata hujan pertahunnya yang terendah yaitu mencapai 900 mm dan untuk yang tertinggi bisa mencapai 3.500 mm per tahunnya. Dalam penelitian seperti ini memiliki tujuan untuk dapat mengetahui bagaimana besaran dari potensi cadangan air tanah yang dimiliki oleh Kabupaten Bangli ini dan akan diketahui juga wilayah dimana saja yang memiliki paling rendah potensi cadangan air tanah sampai wilayah yang paling tinggi potensi cadangan airnya menurut kapasitas air hujan yang meresap ke dalam tanah untuk menjadi cadangan air pada suatu cekungan air tanah. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan melakukan pengkelasan di setiap data potensi cadangan air tanah dari yang sangat tinggi sampai yang sangat rendah, data potensi cadangan air tanah ini di dapatkan dari beberapa data dari lapangan amupun dari suatu instansi dan di gabungkan sehingga menjadikan data debit air tanah untuk menjadi acuan dalam penentuan potensi cadangan air tanah. Pemberian kelas tersebut akan dilakukan secara otomatis pada aplikasi ArcGis dengan menggunakan teknik geometri interval dengan cara mengkalikan semua data yang akan digunakan supaya di dapatkan data debit air tanah per tahunnya dan pembagian per kelasnya dilakukan sesuai dengan hasil dari proses geometri interval tersebut dengan menggunakan pengkelasan yaitu dari sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Dari penelitian ini akan di hasilkan berupa peta yang berisikan informasi tentang potensi cadangan air tanah yang ada di Kabupaten Bangli dan dengan informasi dari peta tersebut akan diketahui seberapa besar debit air tanah yang terdapat di kabupaten ini dan dan juga akan di ketahui bahwa sebagian besar wilayah yang ada di Kabupaten Bangli memang memilki potensi cadangan air tanah yang sangat tinggi dan sebagian wilayah yang memiliki potensi cadangan air tanah tinggi tersebut berada pada wilayah yang terdapat pada daratan yang lebih rendah yaitu Kecamatan Bangli, Susut, dan Tembuku, akan tetapi potensi cadangan air tanah yang tinggi tersebut tidak terdapat di semua wilayah di kabupaten ini dan hanya ada beberapa wilayah yang memiliki potensi cadangan air tanah yang lebih rendah seperti wilayah yang ada pada daratan yang lebih tinggi seperti di Kecamatan Kintamani yang walaupun kecamatan ini memiliki sebuah danau dan curah hujan yang relatif tinggi juga seperti kecamatan yang lainnya akan tetapi potensi cadangan air tanahnya masih kalah dengan kecamatan yang lainnya. Perbedaan potensi cadangan air tanah tersebut bisa disebabkan oleh faktor air hujan yang turun pada wilayah daratan tinggi seperti Kecamatan Kintamani tidak langsung meresap ke dalam tanah untuk menjadi cadangan air tanah pada cekungan air tanah melainkan ada air hujan yang mengalir ke wilayah yang lebih rendah, lalu meresap ke dalam tanah dan menyebabkan wilayah pada daratan lebih rendah yang sama-sama memiliki curah hujan yang tinggi menjadikan wilayahnya banyak mendapatan air hujan dari wilayahnya sendiri maupun dari air hujan yang mengalir dari daerah atas.
PEMETAAN JALUR TRACKING AGROWISATA DI DESA PANCASARI KABUPATEN BULELENG
Djulita Thresiani Nahak;
I Wayan Treman;
I Gede Budiarta
Jurnal ENMAP Vol. 3 No. 2 (2022): September, Jurnal ENMAP
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.23887/em.v3i2.52803
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Untuk Mengetahui kondisi jalur tracking agrowisata Desa Pancasari, 2) Untuk Memetakan persebaran jalur tracking agrowisata Desa Pancasari Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif kualitatif yaitu untuk mengetahui kondisi jalur tracking agrowisata dan memetakan persebarannya dengan menggunakan metode ploting titik koordinat sehingga sebaran dan jalur tracking dapat ditentukan. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini berupa peta persebaran jalur tracking agowisata dan kondisi jalur tracking agrowisata di Desa Pancasari. berdasarkan komponen daya tarik yang meliputi Atraksi,fasilitas,dan Aksesibilitas. Analisis hasil yang digunakan dalam penelitian ini adalah pada rumusan masalah yang pertama peniliti menggunakan metode kuantitatif deskriptif yang mana jenis penelitian yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara menggambarkan data yang telah terkumpul. Teknik yang diperoleh dari observasi/wawancara terkait distribusi wisata dan pertanian di sepanjang jalur tracking agrowisata. Sedangkan untuk rumusan masalah yang kedua peneliti menggunakan metode kualitatif yang mana penelitian yang bersifat deskriptif. Proses dan makna ditonjolkan dalam penelitian kualitatif sehingga fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan karena ini berkaitan dengan tujuan penelitian yaitu untuk mendata,memetakan dan mengetahui jalur tracking agrowisata di Desa Pancasari.