This community service activity aims to measure the impact of fun activities in English language learning on improving the speaking skills of children at Muhammadiyah Orphanage in Sumenep. The implemented activities included role-plays, language games, storytelling, and singing English songs. The study used a descriptive qualitative method with a naturalistic approach, supported by speaking assessments and learning experience questionnaires as primary instruments. The results showed a significant improvement across four speaking skill aspects: fluency, pronunciation, vocabulary use, and message delivery. The average speaking score increased from 3.05 to 4.33, indicating the effectiveness of the approach in a non-formal educational setting. In addition, the questionnaire results revealed that children felt more confident, motivated, and enjoyed the English learning process. These findings support the Communicative Language Teaching approach and Krashen’s Affective Filter Hypothesis, both of which emphasize the importance of meaningful, low-pressure learning environments. Overall, this study recommends implementing fun-based learning methods as an effective strategy to enhance children’s speaking abilities, particularly in educationally limited settings such as orphanages.ABSTRAKKegiatan pengabdian ini bertujuan untuk mengukur dampak kegiatan menyenangkan dalam pembelajaran bahasa Inggris terhadap peningkatan kemampuan berbicara anak-anak di Panti Asuhan Muhammadiyah Sumenep. Kegiatan yang diterapkan meliputi role-play, permainan bahasa, storytelling, dan menyanyi lagu berbahasa Inggris. Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian ini adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan naturalistik, serta melibatkan speaking assessment dan angket pengalaman belajar sebagai instrumen utama. Hasil dari kegiatan pengabdian ini menunjukkan adanya peningkatan signifikan pada empat aspek kemampuan berbicara: kelancaran, pengucapan, kosakata, dan penyampaian pesan. Rata-rata skor speaking meningkat dari 3.05 menjadi 4.33, menunjukkan efektivitas pendekatan ini dalam konteks nonformal. Selain itu, hasil angket menunjukkan bahwa anak-anak merasa lebih percaya diri, termotivasi, dan menikmati proses belajar bahasa Inggris. Temuan ini mendukung teori Communicative Language Teaching dan Affective Filter Hypothesis, yang menekankan pentingnya pembelajaran yang bermakna dan bebas tekanan. Secara keseluruhan, kegiatan pengabdian ini merekomendasikan penerapan metode pembelajaran berbasis kegiatan menyenangkan sebagai pendekatan yang efektif untuk meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Inggris anak-anak, terutama di lingkungan yang memiliki keterbatasan akses pendidikan formal.