Kebutuhan layanan telekomunikasi nirkabel telah mendorong peningkatan jumlah tower di Indonesia yang berfungsi sebagai pemancar dan penerima (Base Transceiver Station – BTS) sinyal komunikasi. Hal ini diperlukan untuk menjamin kelancaran layanan telekomunikasi diantara pengguna layanan telekomunikasi. Namun, untuk memastikan tujuan tersebut dapat tercapai maka tower dirancang dengan ketinggian lebih dari 30 m dari permukaan tanah. Sehingga, hal tersebut menyebabkan tower berpeluang terhadap dampak sambaran petir khususnya pada daerah dengan jumlah petir pertahun yang tinggi. Dengan demikian, peluang kerusakan peralatan tower atau BTS akibat sambaran petir juga tinggi. Untuk mengatasi masalah tersebut maka pada tower dipasang sebuah sistem penangkal petir yang umumnya tersusun dari penangkal petir eksternal dan penangkal petir internal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja sistem penangkal petir eksternal khususnya pada bagian tahanan pentanahan di salah satu BTS di Kota Medan. Untuk mengetahui kinerja tahanan pentanahan tersebut maka telah dilakukan perbandingan hasil pengukuran tahanan pentanahan terhadap standar PUIL 2000. Selain itu, dilakukan juga perbandingan nilai tahanan pentanahan berdasarkan hasil pengukuran dan hasil perhitungan. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan data spesikasi sistem pentanahan pada BTS yang diperoleh dari lapangan maka diketahui nilai tahanan pentanahan pada BTS sebesar 0,43?, nilai tahanan pentanahan kaki tower sebesar 0,70? dan tahanan pentanahan penangkal petir 0,78?. Sedangkan hasil pengukuran tahanan pentanahan menggunakan alat earth tester diperoleh nilai tahanan pantanahan BTS sebesar 0,5?, tahanan pentanahan kaki tower 0,70? dan tahanan pentanhan penangkal petir 0,78?. Dengan demikian, tahanan pentanahan pada BTS tersebut telah memenuhi Standar PUIL 2000 yaitu tidak lebih dari 1 Ohm