Batik Arang merupakan wastra Sawahlunto yang memiliki ciri khas pada warna gelap dan motif yang mencerminkan sejarah tambang batubara serta kekayaan budaya. Meski baru diciptakan pada tahun 2008 atas prakarsa Walikota Sawahlunto saat itu, Bapak Amran Nur, Batik Arang belum mendapatkan perhatian yang memadai, baik di tingkat lokal maupun nasional. Permasalahan utama terletak pada kurangnya promosi dan dokumentasi, yang membuat Batik Arang kurang berkembang dibandingkan wastra lain, seperti Songket Silungkang. Penciptaan ini bertujuan untuk mengenalkan Batik Arang kepada khalayak melalui film dokumenter Menera Arang, yang menggunakan pendekatan expository guna menyajikan informasi yang mendalam dan mudah dipahami. Metode yang diterapkan dalam penciptaan film yaitu pra-produksi, produksi, dan pasca-produksi. Temuan menunjukkan bahwa film dokumenter dapat menjadi media yang efektif untuk memaparkan sejarah, perkembangan, proses pembuatan, serta nilai-nilai budaya dalam Batik Arang, sehingga dapat memperkuat apresiasi masyarakat. Kesimpulannya, gaya expository akomodatif untuk menyampaikan beragam informasi, karena ada peluang pengemasan dan penyampaian informasi menggunakan narasi. Batik Arang memiliki potensi besar sebagai produk budaya unggulan dari Sawahlunto, namun perlu upaya promosi yang lebih intensif untuk memperluas jangkauan dan memberikan dampak positif pada kesejahteraan pengrajinnya.